Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Donald Trump: Kritik Anggaran dan Fokus pada Bisnis

 

Elon Musk mundur dari pemerintahan Donald Trump setelah kritik RUU anggaran

WASHINGTON DC, KOMPAS.comElon Musk, tokoh teknologi dunia sekaligus CEO Tesla dan SpaceX, secara resmi mengundurkan diri dari pemerintahan Presiden Donald Trump pada akhir Mei 2025. Keputusan tersebut diumumkan melalui wawancara eksklusif dengan CBS News dan memicu reaksi luas di kalangan politik, bisnis, hingga publik Amerika.

Musk selama ini menjabat sebagai pegawai pemerintah khusus di Departemen Efisiensi Pemerintahan AS, yang dikenal dengan nama DOGE—sebuah lembaga yang dibentuk pada masa kepemimpinan Trump untuk memangkas anggaran dan merampingkan birokrasi di lingkup federal.

Walaupun pengunduran diri ini telah lama direncanakan, waktu pelaksanaannya menimbulkan banyak spekulasi karena bertepatan dengan kritik tajam yang dilontarkan Musk terhadap RUU Anggaran baru yang diajukan oleh Trump.


Posisi Elon Musk di Pemerintahan: Fokus pada Efisiensi dan PHK Massal

Sejak awal 2025, Elon Musk diangkat sebagai Special Government Employee (SGE), sebuah posisi semi-resmi yang memungkinkan seorang profesional sektor swasta bekerja di pemerintahan federal hingga 130 hari per tahun.

Di posisi ini, Musk diberi wewenang penuh untuk menjalankan reformasi struktural melalui DOGE, yang menjadi ujung tombak agenda efisiensi pemerintahan ala Trump. Salah satu langkah kontroversial yang diambil DOGE di bawah kendali Musk adalah memangkas lebih dari 260.000 pegawai sipil dari total sekitar 2,3 juta pegawai federal.

Langkah tersebut, meskipun berhasil menurunkan beban anggaran negara secara signifikan, mengundang kontroversi besar. Lembaga-lembaga penting seperti Badan Nuklir Nasional dan Departemen Pendidikan bahkan kehilangan sejumlah pegawai kunci yang memiliki peran vital dalam keberlangsungan program nasional.

Tidak sedikit hakim federal yang kemudian turun tangan dan memerintahkan agar beberapa pemecatan dibatalkan karena dianggap tidak sesuai prosedur hukum. Hal ini turut memperkeruh suasana politik dalam tubuh pemerintahan.


Kritik Pedas Terhadap RUU Anggaran Trump

Momen yang memicu pengunduran diri Musk adalah pengajuan RUU Anggaran oleh Presiden Donald Trump, yang dianggap bertentangan dengan prinsip efisiensi yang selama ini diperjuangkan oleh DOGE.

RUU tersebut mencakup potongan pajak dalam skala triliunan dolar serta peningkatan drastis anggaran militer. Namun, di sisi lain, RUU ini juga meningkatkan defisit anggaran negara hingga angka yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dalam wawancara dengan CBS News, Musk dengan sinis menyebut RUU tersebut sebagai “besar dan indah,” namun menambahkan, “Sebuah RUU bisa jadi besar, atau indah, tapi tidak bisa dua-duanya.” Ucapan ini dengan cepat viral dan menjadi bahan perbincangan di berbagai media serta forum politik.

Musk menyebut bahwa kebijakan anggaran tersebut justru merusak capaian yang telah dibangun oleh DOGE selama setahun terakhir. “Saya rasa ini justru merusak kerja keras yang sudah kami lakukan,” tegasnya.


Tekanan Internal dan Publik yang Meningkat

Selain perbedaan prinsip dengan kebijakan Donald Trump, Musk juga mengungkapkan bahwa tekanan dari dalam dan luar pemerintahan turut memengaruhi keputusannya.

“DOGE jadi kambing hitam untuk segala hal,” ujar Musk dalam wawancara dengan Washington Post. Menurutnya, banyak pihak menyalahkan DOGE atas berbagai kebijakan pemangkasan, padahal tidak semua keputusan berada di tangannya.

Kritik dari pegawai pemerintah, media, hingga aktivis sosial terus mengalir, yang pada akhirnya membuat Musk merasa bahwa efektivitas dirinya di pemerintahan telah mencapai batas.


Fokus Kembali ke Tesla dan SpaceX

Salah satu alasan utama pengunduran diri Elon Musk adalah keinginan untuk kembali fokus pada bisnisnya, terutama Tesla, yang tengah mengalami masa sulit.

Dalam tiga bulan pertama tahun 2025, penjualan mobil listrik Tesla anjlok sebesar 13 persen — penurunan terbesar dalam sejarah perusahaan. Saham Tesla sempat turun drastis hingga 45 persen, dan meskipun mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, nilainya masih lebih rendah sekitar 10 persen dibanding tahun sebelumnya.

Tak hanya itu, Tesla juga menghadapi boikot dari kelompok aktivis yang menentang pemangkasan anggaran. Beberapa diler Tesla menjadi lokasi unjuk rasa, bahkan sejumlah stasiun pengisian daya dan unit mobil dilaporkan dirusak.

Situasi ini membuat Musk semakin yakin untuk keluar dari pemerintahan dan kembali mengarahkan energi dan fokusnya ke dunia bisnis yang ia geluti sejak lama.


Reaksi Publik dan Politik

Pengunduran diri Musk disambut dengan beragam reaksi. Pendukung kebijakan efisiensi anggaran menganggap langkah ini sebagai kehilangan besar bagi pemerintahan, sementara para penentang kebijakan DOGE menyambutnya dengan lega.

Sejumlah anggota Kongres dari Partai Demokrat bahkan menyatakan bahwa ini adalah saat yang tepat bagi pemerintahan Trump untuk mengevaluasi ulang pendekatan efisiensi yang “terlalu ekstrem.”

Sementara itu, kalangan investor menilai keputusan ini sebagai sinyal positif untuk Tesla, karena menandakan bahwa Musk akan kembali memimpin perusahaan secara penuh dan mengembalikan fokusnya pada inovasi dan pertumbuhan pasar.


Dengan mundurnya Elon Musk dari posisi strategis di pemerintahan Donald Trump, masa depan DOGE kini berada di ujung tanduk. Apakah lembaga ini akan terus beroperasi dengan prinsip yang sama, atau akan mengalami reformasi besar-besaran?

Yang jelas, keputusan Musk telah menandai salah satu pergeseran terbesar dalam hubungan antara teknologi, bisnis, dan politik Amerika dalam dekade terakhir.


Sumber: DAILY ZONE ID


Komentar