Hercules Serahkan Kain Timor Saat Minta Maaf ke Sutiyoso


Ketua Umum GRIB Jaya Hercules Rosario Marshal sampaikan permintaan maaf kepada Letnan Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso.


Ketua Umum DPP Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya, Hercules Rosario Marshal, melakukan kunjungan penting ke kediaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, pada Rabu, 28 Mei 2025. Kunjungan ini bermakna ganda: sebagai bentuk permintaan maaf atas pernyataannya yang sempat menyinggung nama besar mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) tersebut, sekaligus mempererat ikatan emosional dan sejarah panjang persahabatan di antara keduanya.

Hercules tiba di rumah “Bang Yos”—sapaan akrab Sutiyoso—didampingi sejumlah pengurus DPP GRIB Jaya, antara lain Erico Gutteres dari Forum Komunikasi Pejuang Timor-Timur (FKPT), Kabid Hukum DPP GRIB Jaya Marcel Gual, Wakabid OKK Junior, Kabid Hukum DPP GRIB Jaya Nuno Magno, dan Panglima GRIB Jaya Marcelino M. Ximenes. Kehadiran rombongan ini disambut hangat oleh Sutiyoso dan keluarga, menandakan bahwa suasana yang sempat tegang kini telah mereda.

Latar Belakang Permintaan Maaf

Ketegangan berawal ketika Hercules, dalam sebuah pernyataan publik, menyebut “bau tanah” yang menyinggung Sutiyoso. Ucapan ini dianggap melecehkan jasa dan reputasi Sutiyoso sebagai prajurit Kopassus—korps pasukan khusus TNI yang terkenal dengan baret merahnya. Mengingat keduanya pernah bersama-sama berjuang mempertahankan integritas wilayah Timor Timur sebelum merdeka, pernyataan tersebut menuai kritik luas dari berbagai kalangan pejuang dan purnawirawan TNI.

Pada Jumat, 2 Mei 2025, dalam sebuah tayangan di kanal YouTube “Seleb On Cam”, Hercules secara resmi meminta maaf:

“Saya minta maaf kepada Pak Sutiyoso, minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Pak Sutiyoso, kepada anak cucu dan keluarganya semua. Karena Pak Sutiyoso dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) baret merah, saya sangat hormat dan saya sangat kagum sama beliau. Atas kesalahan saya kemarin mengucap itu, saya minta maaf yang sebesar-besarnya.”

Namun, rasa hormat dan klarifikasi langsung dinilai lebih kuat jika dilakukan secara tatap muka. Oleh karena itu Hercules mengambil inisiatif mengunjungi langsung kediaman Sutiyoso.

Prosesi Permintaan Maaf

Setibanya di lokasi, Hercules disambut hangat oleh Sutiyoso dan anggota keluarganya. Seusai bersalaman, Hercules menyerahkan kain Timor sebagai simbol adat permintaan maaf dari budaya Timor Leste—sebuah gesture yang sarat makna persaudaraan dan penghormatan tradisi. Dalam keterangannya yang diterima Kompas.com pada hari yang sama, Hercules menyatakan:

“Mudah-mudahan Bapak terima. Karena saya anggap Bapak ini bapak saya sendiri. Kami ini dididik bapak-bapak dari baret merah, kami diajari kesetiaan, diajari loyalitas.”

Pernyataan tersebut menegaskan betapa besar rasa hormat Hercules terhadap figur Sutiyoso, yang baginya bagaikan ayah dan guru. Ia juga menjelaskan bahwa kata-kata yang terucap sebelumnya murni spontanitas, tanpa niat mendiskreditkan jasa besar Sutiyoso.

Lebih lanjut, Hercules tidak hanya fokus pada permintaan maaf kepada Sutiyoso secara pribadi, tetapi juga menyampaikan penyesalan kepada istri, anak, cucu, dan seluruh keluarga besar mantan Gubernur Jakarta tersebut. Ini menunjukkan kesadaran bahwa kata-kata yang tertuju pada sosok publik tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada keluarga dan lingkungannya.

Tanggapan dan Rangkaian Sejarah Bersama

Di pihak Sutiyoso, permintaan maaf diterima dengan lapang dada. Dalam kesempatan tersebut, Bang Yos menuturkan kembali kisah perjuangan Kopassus dan Tenaga Bantuan Operasi (TBO) dalam mempertahankan Timor Timur. Ia mengenang bagaimana hubungan emosional terjalin “berdarah-darah”, bukan melalui kemesraan, melainkan melalui pengorbanan dan pengabdian bersama di medan operasi.

“Jadi sejarahnya kayak begitu, kita punya sejarah hubungan emosional yang terbangun dengan berdarah-darah, bukan terbangun karena mesra-mesraan. Itu tidak bisa dilupakan,” ujar Sutiyoso mengenang masa-masa sulit di medan tugas.

Lebih lanjut, Sutiyoso menegaskan bahwa kesalahpahaman adalah hal yang manusiawi. Ia menilai sikap Hercules yang bersedia datang langsung untuk meminta maaf adalah cerminan kepribadian yang tulus dan menghargai ikatan kekeluargaan.

“Kalau Hercules yang saya anggap sebagai adik, anak sendiri, terus dia ngomong salah, ya manusia biasa aku sama sekali nggak masuk ke hati. Apalagi dia sudah minta maaf di media, itu pun aku sudah terima minta maafnya dia dan sekarang datang lagi, itu luar biasa bagi saya,” tutur Bang Yos.

Sebagai simbol kedekatan dan untuk menghapus kekakuan suasana, Sutiyoso mengajak Hercules berkeliling kebun binatang mini yang ada di kediamannya, sambil mengendarai gokart kecil. Hercules duduk di samping Bang Yos, menandai momen kebersamaan yang menghangatkan suasana.

Pentingnya Klarifikasi dan Rekonsiliasi

Insiden ini menyiratkan beberapa pelajaran penting, khususnya bagi figur publik dan mantan pejabat militer yang terus aktif di ranah politik atau sosial:

  1. Kesadaran Terhadap Etika Berbicara: Ucapan spontan di ruang publik bisa menimbulkan dampak luas. Penting untuk berhati-hati dalam memilih kata, terutama ketika menyangkut nama besar dan jasa pahlawan bangsa.

  2. Nilai Penghormatan kepada Senior: Tradisi militer sangat menekankan hierarki dan rasa hormat. Dalam budaya Kopassus, figur senior layaknya bapak atau guru, sehingga penghormatan kepada mereka bersifat sakral.

  3. Langkah Proaktif dalam Rekonsiliasi: Permintaan maaf via media massa perlu ditindaklanjuti dengan klarifikasi tatap muka untuk memulihkan kepercayaan dan memperkuat ikatan emosional.

  4. Peran Simbol Adat: Penyerahan kain Timor bukan sekadar formalitas, melainkan refleksi penghargaan terhadap nilai-nilai budaya yang luhur dan menjadi jembatan komunikasi kebudayaan antara Indonesia dan Timor Leste.

Pertemuan antara Hercules Rosario Marshal dan Sutiyoso pada 28 Mei 2025 bukan sekadar momentum meminta maaf, melainkan juga rekonsiliasi yang menegaskan nilai-nilai kesetiaan, loyalitas, serta penghormatan antar sesama pejuang. Sikap terbuka dan kemampuan untuk mengakui kesalahan memperlihatkan kedewasaan dan integritas pribadi Hercules, sementara penerimaan maaf oleh Sutiyoso mencerminkan kebesaran hati dan kehangatan relasi yang sudah terjalin sejak lama.

Dengan rekonsiliasi ini, diharapkan hubungan antara kedua tokoh dan antara institusi-institusi yang mereka wakili—DPP GRIB Jaya dan jajaran purnawirawan TNI—akan semakin harmonis, serta menjadi teladan bagaimana konflik kecil dalam pernyataan publik dapat diredam melalui dialog, penghargaan budaya, dan silahturahmi.


Sumber: DAILY ZONE ID

Komentar