Ibu Ngamuk Sobek Karpet Biliar, Anaknya Kecanduan Main dan Lupa Pulang

 

Seorang ibu merobek karpet meja biliar di tempat umum karena anaknya terlalu lama bermain dan tidak pulang

Sebuah video mengejutkan kembali menyita perhatian netizen di media sosial. Aksi seorang ibu yang terlihat marah besar dan nekat merobek karpet meja biliar menjadi viral setelah rekamannya tersebar luas. Peristiwa ini menyorot sisi lain dari kekhawatiran orang tua terhadap anaknya yang dianggap terlalu tenggelam dalam permainan.

Kejadian ini diketahui terjadi pada Selasa, 24 Juni 2025. Mengutip dari akun Instagram @awreceh.id, terlihat bagaimana seorang ibu masuk secara tiba-tiba ke dalam sebuah tempat bermain biliar yang diduga bernama Infinite Billiard. Tujuannya tak lain adalah mencari sang anak yang tak kunjung pulang ke rumah.

Menurut laporan, anak tersebut diketahui sudah bermain biliar sejak siang hari dan tidak memberi kabar. Hal inilah yang membuat ibunya naik pitam. Begitu masuk dan melihat anaknya sedang asyik bermain, si ibu langsung menghampiri meja dan secara emosional merobek karpet meja biliar di depan banyak pengunjung. Aksinya itu sontak membuat seisi ruangan terkejut dan menjadi tontonan yang tidak biasa.

Tidak berhenti di situ, sang ibu juga terlihat menyeret anaknya pulang sambil menarik bajunya. Bahkan, di pelukannya ada seorang anak kecil yang masih digendong. Aksi ini menunjukkan betapa paniknya si ibu, sekaligus menjadi bahan perbincangan karena dilakukan di depan umum tanpa pikir panjang akan dampaknya terhadap sang anak.

Unggahan tersebut diberi keterangan:
"Emak-emak merusak karpet billiard, diduga anaknya main di Infinite Billiard seharian gak pulang-pulang."

Netizen pun ramai-ramai membanjiri kolom komentar dengan berbagai pendapat. Beberapa merasa kasihan terhadap anak tersebut karena dipermalukan di hadapan banyak orang, sementara yang lain menyoroti tindakan ekstrem si ibu.

Berikut beberapa komentar warganet yang mencuri perhatian:

  • "Dan akhirnya anaknya makin lama pulang karena harus kerja buat ganti karpet biliard."

  • "Kayanya ibu ini punya kekuatan super bisa robekin karpet biliar segampang itu."

  • "Kasihan juga anaknya harus dimarahin depan umum, rasanya gak etis juga sebagai orang tua."

Peristiwa ini memunculkan perdebatan di media sosial antara batas ketegasan orang tua dan bentuk pengasuhan yang tepat. Di satu sisi, si ibu mungkin merasa khawatir karena anaknya tidak kunjung pulang dan terlalu lama berada di tempat hiburan. Namun, aksi merusak properti umum tentu bukanlah solusi yang bijak. Selain menimbulkan kerugian materi, tindakan tersebut juga bisa berdampak psikologis pada anak.

Tindakan seperti ini bisa menjadi momentum refleksi bagi orang tua dan masyarakat luas. Ketika anak menunjukkan tanda-tanda kecanduan pada suatu aktivitas, pendekatan yang komunikatif dan tenang mungkin lebih efektif ketimbang tindakan impulsif yang merugikan. Apalagi, kejadian tersebut kini viral dan bisa saja berdampak pada masa depan si anak.

Menanggapi kejadian ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak pengelola tempat biliar. Namun, warganet menduga besar kemungkinan pihak tempat tersebut akan menuntut ganti rugi atas karpet meja yang dirusak. Ini menjadi pengingat penting bahwa emosi sesaat bisa berakibat panjang.

Bagi para orang tua, penting untuk mengetahui sejauh mana anak-anak menghabiskan waktunya di luar rumah. Jika memang terjadi kecanduan bermain game atau biliar seperti ini, sebaiknya dilakukan pendekatan yang lebih humanis dan solutif.

Tak bisa dimungkiri bahwa tempat seperti biliar kerap menjadi tempat nongkrong anak-anak muda. Namun, kontrol dan komunikasi yang baik dari keluarga tetap menjadi kunci utama agar aktivitas tersebut tidak mengganggu keseharian, apalagi pendidikan anak.

Untuk kamu yang ingin mengetahui lebih banyak tentang fenomena sosial terkini, termasuk soal pengaruh lingkungan terhadap perilaku remaja, kamu bisa membaca artikel lengkap lainnya di blog berita sosial anak kecanduan main biliar dan tindakan orang tua viral. Di sana tersedia berbagai informasi menarik yang bisa membuka wawasan lebih luas seputar parenting dan tren remaja saat ini.

Akhir kata, semoga kejadian ini menjadi pembelajaran bersama bahwa emosi perlu dikelola dengan baik, terlebih jika melibatkan anak-anak. Pendidikan karakter dan pendekatan emosional dalam keluarga tetap menjadi benteng utama agar anak tumbuh dalam lingkungan yang sehat secara mental dan sosial.

Komentar